Harunya Pemakaman Pak Harto
Pemakaman Presiden Soeharto pada 29 Januari 2008 di Astana Giribangun, Solo, adalah momen yang penuh haru dan menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Saat itu, bangsa Indonesia mengucapkan selamat tinggal kepada salah satu pemimpin yang pernah memegang kendali negara selama 32 tahun. Meskipun Soeharto adalah sosok yang kontroversial, kepergiannya tetap disambut dengan rasa duka oleh banyak orang, yang mengenang jasa-jasanya di masa lalu.
Berikut adalah beberapa aspek yang membuat pemakaman Soeharto begitu mengharukan:
1. Tingginya Penghormatan Negara
Pemakaman Soeharto dilakukan dengan upacara militer penuh, yang menandakan rasa hormat yang diberikan negara kepada sosok yang pernah memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade. Ribuan orang, termasuk pejabat tinggi negara, tokoh masyarakat, serta rakyat biasa, hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, memimpin upacara pemakaman dan menyampaikan pidato resmi. Ia menyampaikan rasa duka yang mendalam dan mengingatkan bahwa terlepas dari segala kontroversi, Soeharto telah memberikan kontribusi besar kepada pembangunan dan kemajuan Indonesia.
2. Antusiasme Masyarakat
Sejak meninggalnya Soeharto pada 27 Januari 2008, ribuan orang datang ke rumah duka di Cendana, Jakarta, untuk memberikan penghormatan. Di sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Solo, banyak warga berdiri di pinggir jalan, melambaikan tangan, menangis, dan mendoakan Soeharto. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun Soeharto pernah menerima kritik tajam, banyak orang masih menghargai jasanya.
Di Astana Giribangun, tempat peristirahatan terakhir Soeharto, ribuan orang berdesakan untuk menyaksikan prosesi pemakaman. Banyak yang datang dari berbagai daerah untuk turut merasakan duka, menunjukkan bagaimana Soeharto masih memiliki tempat di hati sebagian rakyat.
3. Kesedihan Keluarga
Momen paling mengharukan adalah ketika keluarga besar Soeharto—anak-anak, cucu-cucu, dan kerabat dekat—berkumpul di samping makamnya. Titiek Soeharto, putri kedua Soeharto, terlihat sangat terpukul, begitu juga anak-anak lainnya yang tampak berlinang air mata. Keluarga besar Soeharto tampak berusaha kuat, tetapi kesedihan jelas terpancar dari wajah mereka.
Suasana hening dan penuh haru saat peti jenazah Soeharto diturunkan ke dalam liang lahat. Isak tangis terdengar di antara keluarga, kerabat, dan rakyat yang hadir, menandakan perpisahan terakhir dengan sosok yang pernah menjadi simbol kekuatan politik Indonesia.
4. Doa dan Kenangan dari Rakyat
Banyak warga yang hadir di pemakaman mengungkapkan bahwa mereka datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Soeharto atas pembangunan yang terjadi selama masa kepemimpinannya. Beberapa di antara mereka mengenang bahwa di era Soeharto, banyak fasilitas umum, infrastruktur, dan program yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat.
Warga juga mengungkapkan bahwa meskipun Soeharto tidak sempurna, banyak dari mereka merasa kehidupan mereka lebih baik di masa Orde Baru. Banyak dari mereka datang hanya untuk memberikan doa, mengenang jasa-jasa sang mantan presiden.
5. Suasana Nasional yang Penuh Duka
Setelah Soeharto wafat, pemerintah menetapkan masa berkabung nasional selama tujuh hari. Bendera setengah tiang dikibarkan di seluruh penjuru negeri. Hal ini menandakan bahwa bangsa Indonesia bersatu dalam rasa duka, terlepas dari perbedaan pandangan mengenai Soeharto.
Banyak media nasional yang menyiarkan langsung prosesi pemakaman ini, menyoroti setiap momen dari perjalanan jenazah Soeharto hingga pemakamannya di Giribangun. Rakyat Indonesia menyaksikan momen ini dengan rasa haru, melihat bagaimana salah satu tokoh yang pernah sangat berpengaruh di negara ini akhirnya dimakamkan.
Pemakaman Soeharto menjadi momen refleksi bagi bangsa Indonesia. Bagi sebagian orang, ini adalah saat untuk mengenang prestasi dan jasa-jasanya dalam membangun bangsa. Bagi yang lain, ini adalah waktu untuk merenungkan masa lalu dan dampak dari pemerintahannya. Namun yang pasti, prosesi pemakamannya dipenuhi dengan rasa hormat dan kesedihan yang mendalam.